Belum Tentu Benar

Published by

Date

Renungan Harian, Jumat 1 Juli 2022 |

Suatu pagi, seorang wanita sedang menunggu di bandara.
Ia membeli buku dan sekantong kue lalu duduk.
Sambil duduk wanita tersebut membaca buku yang baru saja dibelinya.

Dalam keasyikannya, ia melihat lelaki disebelahnya dengan berani mengambil satu atau dua dari kantong kue yang berada diantara mereka.
Wanita tersebut mencoba mengabaikan agar tidak terjadi keributan. Ia membaca, mengunyah kue dan melihat jam.
Ia semakin kesal, sebab setiap ia mengambil satu kue, si lelaki itu juga mengambil satu.

Ketika hanya satu kue tersisa, dengan tersenyum lelaki itu mengambil kue terakhir dan membaginya menjadi dua.
Si lelaki menawarkan separuh miliknya sementara ia makan yang separuhnya lagi.
Si wanita itu pun merebut kue itu dan berguman dalam hatinya; “ya ampun orang ini berani sekali, dan ia juga tidak tahu berterima kasih.”

Belum pernah rasanya ia begitu kesal.
Ia menghela napas lega saat penerbangannya diumumkan. Ia mengumpulkan barang miliknya dan menuju pintu masuk tanpa menoleh pada si “pencuri yang tak tahu terimakasih” itu.

Ia masuk ke dalam pesawat dan duduk di kursinya, lalu mencari bukunya.
Saat ia merogoh tasnya, ia menjadi sangat kaget. Di dalam tasnya, ada sekantong kue yang masih utuh.
Ternyata, kue tadi adalah milik lelaki itu. Terlambat untuk minta maaf, ia merasa menyesal dan malu. Sebab, sesungguhnya dialah si pencuri kue yang tak tahu terima kasih itu.

Sahabat terkasih, dalam hidup ini, kisah diatas merupakan gambaran nyata yang sering terjadi.
Banyak orang yang acapkali mudah berprasangka buruk dan menilai orang lain dengan kacamatanya sendiri (subjektif) padahal semua itu belum tentu benar.
Mereka sering beragapan bahwa orang lainlah yang selalu salah, orang lainlah yang berdosa, orang lainlah yang selalu bikin masalah dan layak dihukum.
Padahal dirinya sendiri yang mencuri kue (bersalah) dan tidak tahu terimakasih.

Dimana hal yang serupa juga dialami oleh orang-orang Farisi seperti yang dikisahkan dalam bacaan Injil hari ini (Matius 9: 9-13).
Mereka suka mengomentari, mencemooh, menghakimi orang lain sementara diri mereka sendiri belum tentu benar dan suci, yaitu seperti ada tertulis:

“Ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya.

Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: “Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?”

Yesus mendengarnya dan berkata: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit.
Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”

Semoga, semua ini dapat menginspirasi agar kita mau senantiasa berdoa supaya kita diberi hati seperti ‘hati Bapa’ yang penuh dengan belas kasihan dan mampu melihat bahwa setiap orang memiliki harapan untuk berubah dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Sungguh, kita pun masih manusia biasa yang bisa saja melakukan kesalahan baik itu dengan sengaja maupun tidak.
Karenanya, mari selalu memeriksa ‘isi tas’ (intropeksi diri) kita terlebih dahulu, sebelum kita menilai orang lain.

Selamat merayakan Hari Jumat pertama… Jesus loves us always

frater Agustinus Hermawan, OP

pearlofthebrother

Bokep Indonesia Terbaru Bokep Jepang Jav Bokep ukthi jilbab GOBETASIA DAYWINBET DAYWINBET GOBETASIA gobet DAYWINBET SLOT GACOR BOKEP INDO BOKEP INDONESIA