BEATA JANE DARI ORVIETO

Published by

Date

[text_divider type=”double”]

BEATA JANE DARI ORVIETO
(1264-1306)

[/text_divider]

[column width=”1/1″ last=”true” title=”” title_type=”single” animation=”none” implicit=”true”]

• Simbol/atribut: Joan dari Orvieto, Vanna dari Orvieto,
Giovanna dari Orvieto
• Pelindung: penjahit, penyulam, pembuat bordir, wanita
karir
• Pesta:23 Juli, 24 Juli (Kalender Dominikan)

[/column]

[column width=”1/1″ last=”true” title=”” title_type=”single” animation=”none” implicit=”true”]

Beata Jane (Giovanna), yang populer dengan julukan “Vanna”,
merupakan salah satu Stigmatis Dominikan yang kurang akrab
di telinga orang Katolik masa kini, namun amat layak untuk kita
kenali lebih jauh.
Lahir pada tahun 1264 di Carnaiola, dekat Kota Orvieto, Italia,
Jane sesungguhnya merupakan keturunan bangsawan, namun
keluarganya jatuh miskin akibat perang. Ayahnya meninggal saat
ia berusia tiga tahun, disusul sang ibu dua tahun kemudian. Alhasil
Jane kanak-kanak “dibesarkan” oleh tetangga-tetangganya secara
sambil lalu.
Beberapa teman sepermainan menyebut Jane sebatang
kara sebab ia yatim-piatu. Mendengar ini, dengan gembira Jane
membawa mereka ke sebuah Gereja, lalu seraya menunjuk sebuah
lukisan Malaikat Pelindung, berkata, “Lihat, itulah dia yang
menggantikan ayah dan ibuku. Aku punya orang tua yang lebih baik
daripada orang tua manapun.”
Jane adalah anak yang saleh dan pandai, yang senang
menghabiskan waktunya dalam doa. Sejak belia dia sudah
menyadari serta mengandalkan keberadaan Malaikat Pelindung
yang menjaganya. Pada akhirnya Jane diadopsi oleh salah satu
kerabatnya yang tinggal di Orvieto, dan ia tumbuh besar dengan
menekuni pekerjaan sebagai penjahit baju yang handal demi
menyokong perekonomian keluarga angkatnya itu.
Jane menikmati pekerjaannya dan ia menjalani harihari
dengan tenang tanpa kuatir akan masa depan. Akan tetapi,
pikirannya mulai terganggu ketika ia menyadari bahwa pria-pria
muda di jalan yang berpapasan dengannya tampak tertarik dengan
kecantikan dirinya. Padahal, Jane sudah lama menyerahkan hatinya
kepada satu-satunya Kekasih Surgawi yang paling dicintainya.
Ketika keluarga angkatnya mengutarakan harapan mereka agar
Jane segera mencari suami, ia pun tak tahan lagi. Jane melarikan
diri ke rumah seorang sahabatnya dan di sana ia masuk Ordo Ketiga
Dominikan. Di bawah jubah barunya sebagai seorang Mantellate2,
ia merasa bebas dan aman dari pandangan mata dan gosip orang
banyak. Pada waktu itu usianya baru menginjak 20 tahun.
Namun, kehidupan Jane sebagai seorang Dominikan
bukan tanpa hambatan. Beberapa teman lamanya memusuhi dia
karena merasa Jane menolak mentah-mentah pria yang mereka
pilihkan sebagai calon suami. Ordo sendiri, melihat usia muda dan
kecantikannya, menunda menerima Jane sebagai anggota karena
tidak ingin menimbulkan skandal. Setelah melewati periode
waktu yang cukup lama, yang diisinya dengan banyak berdoa dan
berpuasa, Jane akhirnya diterima sebagai anggota Ordo Ketiga
serta diizinkan tinggal di rumah Kapitel setempat, di bawah kepala
komunitas yang bernama Ghisla.
Jane menggunakan keanggotaan barunya sebagai batu
loncatan menuju kekudusan. Setiap hari ia menyibukkan diri
dengan berdoa dan bekerja melayani Ordo dan kaum papa. Ia
belajar kerendahan hati, kesabaran, cinta kasih, dan melepaskan
kelekatan dari hal-hal duniawi. Di atas segalanya, ia belajar untuk
menumbuhkan kasih yang berkobar kepada Allah.
Dengan cepat Jane mencapai tingkat kehidupan rohani yang
tinggi. Api cinta di dalam jiwanya begitu menyala-nyala sehingga
kata-kata sederhana dengan menyebut nama Yesus, Maria, atau
penderitaan para martir sanggup membuatnya jatuh ke dalam
keadaan ekstase. Bapa pengakuannya belajar untuk sebisa mungkin
tidak menyebutkan hal-hal yang dapat menyebabkan ekstase
pada Jane sebelum ia selesai memberikan nasihat, sebab episodeepisode
ekstase tersebut mampu bertahan hingga berjam-jam.
Selain itu, setiap hari Jumat Agung selama sembilan tahun
terakhir kehidupannya, Jane dianugerahi ekstase khusus yang luar
biasa. Mulai tengah hari sampai malam, tubuhnya akan terbujur
kaku dengan kedua lengan terentang membentuk figur salib,
dan tulang-tulangnya terdengar berderak tajam seolah sedang
dipatahkan. Ia juga meneteskan keringat darah di sekujur tubuhnya,
serta menerima Lima Luka Suci Kristus yang tidak kelihatan oleh
mata siapa pun selain dirinya.
Seperti semua Orang Kudus lainnya, Jane memiliki devosi
yang mendalam pada Ekaristi Kudus. Sekali waktu pada malam
Natal, tatkala ia terlalu sakit untuk pergi Misa, muncul sebentuk
Hosti Suci yang melayang turun, masuk ke dalam dadanya. Di waktu
yang lain, ketika sekali lagi ia tidak mampu menghadiri Misa, Bunda
Maria sendiri mendatanginya dan menyerahkan Kanak-kanak Yesus
ke dalam pelukannya. Kanak-Kanak Suci itu berkata, “Jane, hari ini
Kamu tidak dapat menyambut Aku di dalam Komuni Kudus, tetapi
ketahuilah bahwa Kamu senantiasa memiliki Aku melalui rahmat.”
Jane yang rendah hati berupaya keras untuk menyembunyikan
pengalaman-pengalaman mistiknya. Tetapi masalah
privasi ini rupanya dikehendaki Allah untuk menjadi salah satu
Salib terbesarnya. Setiap kali Jane mengalami ekstase, seisi kota
akan berbondong-bondong pergi menonton dirinya.
Jane sangat membenci semua perhatian itu, ia membujuk
kepala komunitasnya agar jangan mempersilakan siapa pun
menontonnya. Akan tetapi kepala komunitas itu sendiri merasa
tertarik dan ia merupakan salah satu “penonton” rutin Jane. Ia
merasa tidak ada salahnya membiarkan orang melihat kesalehan
Jane.
Orang-orang kerap mengantre untuk meminta berkat dan
nasihat rohani darinya. Jane mengatakan berulang-ulang bahwa
ia hanyalah pendosa biasa yang tidak pantas untuk dihormati
sedemikian rupa. Meskipun demikian, nasihat rohaninya memang
menyentuh jiwa pendengarnya sehingga banyak dari mereka yang
terpanggil untuk hidup religius.
Jane justru sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang
bersikap nyinyir terhadapnya. Sekali waktu, seorang wanita datang
mencercanya dengan kata-kata kotor. Ia berkata kepada wanita itu,
“Maafkan Aku karena Aku terlalu lemah untuk melakukan silih yang
berat bagi jiwamu, tapi Aku akan dengan senang hati mendaraskan
dua ratus Bapa Kami dan Salam Maria untukmu.” Sampai-sampai
di Kota Orvieto tersiar ungkapan bahwa agar seseorang dapat
didoakan oleh Jane, orang itu harus menghinanya terlebih dahulu.
Salibnya yang lain lagi adalah kesakitan fisik yang terusmenerus
tanpa pernah menampakkan tanda-tanda perbaikan.
Penyakitnya yang serius baru sembuh ketika Tuhan Yesus
datang dalam sebuah penampakan cahaya yang amat terang, lalu
menyuruhnya minum dari cawan anggur yang Ia bawa.
Mendekati akhir hidupnya, Jane memperoleh berkat dalam
wujud kehadiran Beato James dari Bevagna sebagai pembimbing
rohaninya. James (Giovanni) Bianconi dari Bevagna adalah seorang
Biarawan Dominikan yang suci dan juga pernah mengalami sendiri
berbagai peristiwa mistik. Pada waktu itu, James menjabat sebagai
lektor dan pewarta3 di Biara Dominikan di Orvieto.
Bulan Agustus 1301 James mengunjungi biara di Bevagna
yang dibangun olehnya. Di sana ia diserang oleh penyakit berat
sehingga tidak lama kemudian ia wafat dengan tenang dan bahagia.
Jane, yang belum mengetahui kabar itu, tengah berdoa di Gereja
biara di Orvieto tatkala ia melihat bapa pengakuannya muncul
menghampirinya. Jane amat bersukacita, dan segera meminta
pengakuan dosa. James melayani pengakuan dosa itu seperti biasa,
lalu memberikan Jane ikat pinggang serta pisaunya. “Ambillah dan
simpanlah ini, supaya Engkau dapat mengenang Aku,” ujar James.
Siang harinya, Jane mengirimkan hadiah kecil untuk bapa
pengakuannya lewat seorang pesuruh. Namun si pesuruh
kembali
dengan membawa kabar bahwa James sudah meninggal di Bevagna.
“Tidak mungkin!” seru Jane, “Aku baru melihatnya di Gereja pagi ini!”
Ia pun menunjukkan ikat pinggang dan pisau yang disimpannya,
dan para imam di biara mengakui bahwa benda-benda tersebut
benar kepunyaan Beato James.
Jane mempersiapkan sendiri saat ajalnya dengan penuh
semangat. Dengan dibekali sakramen-sakramen Gereja, ia akhirnya
pergi menyambut Kekasih Surgawinya pada tanggal 23 Juli 1306.
Lima belas bulan setelah kematiannya, kuburnya dibuka untuk
dipindahkan ke tempat yang lebih layak di Kapel Tiga Raja,
dan ternyata jenazahnya ditemukan tidak membusuk. Proses
pemindahan jenazahnya pun diwarnai dengan berbagai mukjizat,
sesuai dengan yang pernah dinubuatkannya sendiri semasa
hidupnya.
Empat ratus tahun kemudian, pada tanggal 11 September
1754, Jane dari Orvieto memperoleh gelar Beata dari Paus
Benediktus XIV.

[/column]

[column width=”1/1″ last=”true” title=”” title_type=”single” animation=”none” implicit=”true”]

Doa
Ya Allah, yang mengganjar kemurnian dan kasih yang menyalanyala
dari Beata Jane dengan karunia-karunia Surgawi yang
berlipat ganda, berilah supaya kami dapat meneladani
keutamaan-keutamaannya, agar kami kian berkenan kepada-
Mu, melalui kemurnian hidup dan kesucian cinta kami. Melalui
Kristus, Tuhan kami. Amin.
(Kalender Umum Ordo Pewarta)

[/column]

Bokep Indonesia Terbaru Bokep Jepang Jav Bokep ukthi jilbab GOBETASIA DAYWINBET DAYWINBET GOBETASIA gobet DAYWINBET SLOT GACOR BOKEP INDO BOKEP INDONESIA