BEATA MARGARET DARI SAVOY

Published by

Date

[text_divider type=”double”]

BEATA MARGARET DARI SAVOY
(1382-1464)

[/text_divider]

[column width=”1/1″ last=”true” title=”” title_type=”single” animation=”none” implicit=”true”]

• Nama lain: Margarita, Margherita, Marguerite dari Savoy
• Simbol/atribut: wanita Ordo Ketiga Dominikan diberikan
tiga anak panah oleh Kristus
• Pesta: 23 November, 27 November (Kalender Dominikan)

[/column]

[column width=”1/1″ last=”true” title=”” title_type=”single” animation=”none” implicit=”true”]

Beata Margaret dari Savoy adalah Orang Kudus yang
menarik. Pertama, ia dihormati baik sebagai awam maupun
sebagai biarawati. Kedua, Beata Margaret merupakan satu dari tiga
putri kerajaan yang memperoleh kehormatan menyandang habit
Dominikan dan ditinggikan di altar Tuhan. Dua putri lainnya yaitu
Santa Margaret dari Hungaria, yang adalah keponakan dari Santa
Elisabet dari Hungaria serta Beata Jane (Joan) dari Portugal. Ketiga,
Kerajaan Savoy patut berbesar hati akan kebaikan Allah sebab
Margaret merupakan salah satu dari beberapa anggota keluarga
Savoy yang digelari kudus.
Lahir pada tahun 1382 sebagai putri tertua dari Lord
Amadeus dari Savoy dan Katarina dari Jenewa, sejak kecil Margaret
sudah terbiasa baik dengan kekayaan materi maupun rohani.
Kedua orang tuanya meninggal sebelum ia menginjak usia remaja,
sehingga pendidikan dan pengasuhannya diserahkan kepada
keluarga pamannya. Kecantikan dan budi baik Margaret membuat
banyak pria bangsawan ingin meminangnya. Paman Margaret
akhirnya menyerahkannya dalam pernikahan kepada Theodorus
II, Marquis dari Montserrat, sehingga Margaret pun memperoleh
gelar baru sebagai Marchioness dari Montserrat. Sejarah mencatat
pernikahan tersebut dilangsungkan pada tanggal 17 Januari 1403.
Sebagai penguasa atas wilayah yang cukup besar, Margaret
dan Theodorus menjadi contoh penguasa Kristen yang baik.
Margaret menganggap bahwa cinta kasih dan kerendahan hati harus
senantiasa berbanding lurus dengan, bahkan melebihi, jumlah
kekayaannya. Karena itulah ia tidak segan-segan membaktikan
waktu dan tenaga melayani Allah dan sesama, termasuk merawat
anak-anak tiri dari suaminya dengan sepenuh hati.
Theodorus II, yang dijuluki Theodorus yang Saleh, betulbetul
pendamping yang serasi bagi Margaret. Bersama-sama
mereka menunjukkan bagaimana kebajikan seharusnya menghiasi
takhta seorang penguasa. Ketika bencana kelaparan dan wabah
menyerang Savoy, Margaret ikut keluar merawat orang-orang sakit
dengan tangannya sendiri. Ia dan suaminya terus mengirimkan
bantuan makanan dan pakaian dari simpanan pribadi, sehingga
hampir tidak ada yang tersisa untuk mereka sendiri.
Allah memberkati pasangan itu lebih lanjut, yaitu dengan
mengirimkan St. Vincentius Ferrer, seorang biarawan Dominikan
yang terkenal akan khotbahnya yang berapi-api dan ajaib karena
mampu membuahkan pertobatan massal pada siapa pun yang
mendengarnya. Margaret menjadikan St. Vincentius sebagai
pembimbing rohaninya, dan sejak itu ia makin bertekun dalam doa
dan praktik matiraga yang ketat namun tersembunyi.
Theodorus II meninggal pada tahun 1418, tahun kelima
belas pernikahan mereka, dan ini membuat Margaret sekali lagi
menjadi wanita impian nomor satu di Eropa. Namun Margaret
telah menegaskan kepada sanak-saudaranya bahwa ia tidak
mencari suami lagi, sebab ia sudah mengkonsekrasikan diri kepada
satu-satunya Raja yang Kekal. Margaret pun memutuskan untuk
menyepi di kota kecil Alba.
Akan tetapi Philip Visconti, Duke dari Milan, bukan seseorang
yang dapat menerima penolakan begitu saja. Mengetahui bahwa
Margaret telah mengucap janji kemurnian secara pribadi, ia pergi
menghadap Paus untuk memohon dispensasi dari janji tersebut.
Setelah mendapatkannya, ia mengejar Margaret dengan semangat
baru, hanya untuk memperoleh penegasan kembali bahwa wanita
suci itu tidak pernah bermimpi mencari dispensasi dari janji
setianya kepada Allah, Sang Kekasih Jiwa.
Demi menyatakan kesungguhan hatinya secara terangterangan,
Margaret pun bergabung dengan Ordo Ketiga Dominikan
dan mengenakan habit mereka. Hal itu dilakukannya atas nasihat
dari St. Vincentius Ferrer sendiri,
yang pada waktu itu sudah
meninggal namun menampakkan diri kepada Margaret untuk
menghiburnya dan memberikannya bimbingan rohani seperti
dahulu.
Jubah Ordo yang kini dikenakannya mendorong Margaret
semakin bersemangat dalam pelayanan kepada kaum papa dan
orang sakit. Akan tetapi, tidak lama kemudian ia sendiri diserang
penyakit yang cukup berat hingga ia hampir tidak mampu bangun
dari ranjang. Saat sakit itulah, Tuhan menampakkan diri dengan
dikelilingi banyak Malaikat. Ia menggenggam dalam tangan-Nya
yang kudus tiga buah anak panah yang masing-masing bertuliskan:
Fitnah, Penyakit, dan Penganiayaan. “Putriku, pilihlah salah satu
dari tiga anak panah ini,” Tuhan berkata kepada Margaret. Margaret
dengan rendah hati berkata bahwa ia menyerahkan keputusan
kepada kehendak Ilahi saja. Demikianlah Tuhan berkenan
memberikan semua anak panah itu, yang ketiga-tiganya diterima
Margaret dengan penuh cinta.
Tidak butuh waktu lama hingga gambaran itu menjadi
kenyataan. Segala bentuk kemalangan menimpa Margaret bertubitubi.
Fitnah yang paling buruk berasal dari Duke dari Milan, yang
cintanya pernah ditolak oleh Margaret. Ia bersaksi dusta di hadapan
Paus bahwa Margaret menyebarkan
ajaran sesat. Namun semua
kesusahan itu justru menumbuhkan devosi yang makin mendalam
dalam diri Margaret untuk mempersembahkan seluruh dirinya
bagi Allah. Ia mengambil alih sebuah biara di Alba yang hampir
runtuh dan membangunnya kembali sebagai Biara Santa Maria
Magdalena. Margaret dan rekan-rekannya membentuk komunitas
biarawati kontemplatif Dominikan berjumlah enam puluh orang.
Margaret sendiri menjadi kepala biara, sedangkan seorang Imam
Dominikan bernama Manfred diangkat sebagai Vikarius Apostolik
dan Superior mereka. Oleh sebab itulah, Margaret dihormati
sebagai awam sekaligus sebagai biarawati, karena ia memulai
panggilannya sebagai seorang wanita awam namun mengakhirinya
sebagai biarawati.
Sebagai kepala komunitas, Margaret bertekad untuk menjaga
dan merawat semangat religius yang sejati pada para biarawati,
yang dianggapnya sebagai putri-putri rohaninya sendiri. Tidak
sedikit yang melayangkan kritik bahwa Margaret terlalu keras
dalam mengurus biara itu. Namun Allah berkenan memberikan
Margaret karunia menilik ke dalam jiwa-jiwa. Ketika seorang
suster yang memiliki reputasi sebagai orang suci di komunitas itu
meninggal, dan suster-suster lainnya begitu berdukacita serta sibuk
mengagumi kesucian saudari mereka, Margaret tidak langsung
percaya begitu saja. Ia meragukan citra kesucian sang suster yang
tampaknya mampu mempengaruhi para suster yang lain. Diamdiam,
Margaret berdoa memohon kepada Allah agar ia diizinkan
mengetahui kebenaran tentang hal tersebut. Dalam doanya, suster
yang telah meninggal itu menampakkan diri dan memberi tahu
Margaret bahwa jiwanya telah binasa. “Sebab aku melakukan segala
perbuatan baikku karena aku ingin dipuji orang,” ujar jiwa suster
yang malang itu. Kemudian ia membungkuk meraup debu tanah
dan melemparnya ke udara dengan amat pedih seraya berseru:
“Seperti debu inilah semua perbuatanku dulu!”
Tradisi mencatat sebuah kisah kecil yang menarik tentang
Margaret dan seekor rusa. Suatu hari, biara tersebut kedatangan
seorang tamu, yang tak lain adalah putra dari salah satu anak tiri
Margaret. Pemuda itu bercerita bahwa ia baru saja berburu rusa
betina, lalu ia menyerahkan anak rusa yang kehilangan induknya itu
kepada Margaret. Anak rusa itu tumbuh menjadi rusa dewasa yang
ajaib, yang mampu mengenali dan menemukan suster mana pun
yang dipanggil oleh Margaret. Imam yang menjadi bapa pengakuan
bagi komunitas itu menasihatkan bahwa sebaiknya rusa itu dilepas
kembali ke rimba bebas, dan hal itu pun dilakukan oleh Margaret
dengan taat. Konon, rusa itu kemudian kembali saat Margaret
terbaring di ranjang kematiannya.
Sepanjang sisa hidupnya, Margaret mengerjakan banyak
mukjizat, seperti menyembuhkan orang sakit secara ajaib,
menggandakan persediaan makanan biara yang menipis, dan
meredakan badai yang mengancam Kota Alba. Tatkala badai itu
surut sebelum sampai ke kota oleh karena doa-doa Margaret,
terdengar gaung suara murka roh-roh jahat di udara yang
mengutuknya karena mengacaukan rencana busuk mereka.
Dua hari sebelum wafat, Margaret meminta para biarawati
untuk menggotong dirinya dari ranjang dan meletakkannya
tengkurap di hadapan kaki Tuhan. Para biarawati menuruti
permintaannya, meskipun mereka tidak melihat apa-apa. Namun
tiba-tiba sel Margaret menjadi terang-benderang bermandikan
cahaya Surgawi, ditemani nada-nada merdu paduan suara Malaikat.
Dalam cahaya itu tampaklah Kristus sendiri, yang langsung
disembah oleh Margaret dengan penuh cinta.
Peristiwa tersebut berulang keesokan harinya, pada Pesta
Santa Cecilia. Hari itu Margaret menerima Sakramen-sakramen
Terakhir. Tubuhnya tampak disokong oleh seorang biarawati tidak
dikenal yang kemudian dipercayai sebagai Santa Katarina dari
Siena.
Margaret wafat pada tanggal 23 November 1464, setelah
menyelesaikan hidup penuh fitnah, penyakit, dan penganiayaan,
sesuai kehendak Allah yang dijalaninya dengan sukacita. Loncenglonceng
di biara itu berdentang sendiri, membangunkan para
penduduk Alba, yang lantas menyaksikan di langit sebuah arakarakan
Para Kudus dengan obor menyala di tangan mereka,
bergerak ke arah Biara St. Maria Magdalena.
Margaret dari Savoy dibeatifikasi oleh Paus Klemens IX pada
tanggal 9 Oktober 1669.

[/column]

[column width=”1/1″ last=”true” title=”” title_type=”single” animation=”none” implicit=”true”]

Doa
Ya Allah, Engkau mengajarkan Beata Margaret untuk
meninggalkan kemegahan dunia demi mengikuti Salib-Mu
yang hina. Semoga melalui jasa-jasa dan teladannya, kami
belajar untuk menginjak-injak kenikmatan dunia yang fana
ini, dan belajar merengkuh Salib-Mu yang menang atas segala
kejahatan. Melalui Kristus, Tuhan kami. Amin.
(Kalender Umum Ordo Pewarta)

[/column]

Bokep Indonesia Terbaru Bokep Jepang Jav Bokep ukthi jilbab GOBETASIA DAYWINBET DAYWINBET GOBETASIA gobet DAYWINBET SLOT GACOR BOKEP INDO BOKEP INDONESIA