(1467-1501)
-
Nama lain: Angelella Guadagnoli, Colomba dari Rieti
-
Simbol/atribut: wanita Ordo Ketiga Dominikan menerima Ekaristi dari sebuah tangan Surgawi; menerima Ekaristi dari Malaikat; dengan seekor merpati, bunga bakung, dan buku; dengan rangkaian mawar, Salib, bakung, dan Rosario
-
Pelindung: Kota Perugia, melawan ilmu sihir, melawan tenung, melawan godaan
-
Pesta: 20 Mei (Kalender Dominikan)
Ketertarikan Columba pada kekudusan mulai tampak sejak dini. Ketika baru berusia tiga tahun, ia diam-diam menabur duriduri di bantal tidurnya. Saat usianya sedikit lebih tua, ia mengisi hari pantang Jumat-nya dengan hanya makan roti dan minum air, serta bepergian dengan bertelanjang kaki.
Keluarga Guadagnoli tergolong cukup berada, namun mereka begitu murah hati dalam memberi sehingga mereka sendiri hampir tidak punya apa-apa. Maka sejak kecil Columba pun sudah terbiasa dengan makanan dan pakaian seadanya. Ia belajar menenun dan menjahit, dan setelah mahir, ia dan ibunya bekerja menjahit dan menambal jubah-jubah para Imam Dominikan di kota itu.
Pada usia 12 tahun, Columba mengkonsekrasikan diri kepada Allah melalui sebuah janji keperawanan pribadi. Tidak lama ia juga menjadi akrab dengan komunitas suster-suster Dominikan di Rieti, yang mengajarinya Ibadat Harian serta berbagai praktik doa dan matiraga.
Orang tua Columba, seperti kebanyakan orang tua lainnya, ingin agar putri mereka menikah. Mereka bahkan telah menjodohkannya dengan seorang pria muda dan menetapkan tanggal pertunangan. Tetapi Columba berdoa supaya Allah menunjukkan panggilan hidupnya yang sesungguhnya, dan ia pun mengalami sebuah penampakan Surgawi berupa suara Allah yang menyuruhnya untuk mengikuti teladan Santa Katarina dari Siena.
Columba menafsirkan penampakan tersebut sebagai perintah untuk memotong rambut panjangnya yang indah dan mengumumkan terang-terangan bahwa ia telah membaktikan diri sepenuhnya kepada Kristus saja, persis seperti yang dahulu diperbuat oleh St. Katarina. Hal itu dilaksanakan Columba pada hari pertunangannya, saat ayah-ibu, saudara-saudaranya, dan calon mempelai laki-laki sudah duduk bersama di ruang tamu. Dapat dibayangkan betapa marah dan kesalnya orang-orang! Padahal pernikahan itu akan menyelamatkan keadaan keuangan keluarga mereka!
Tetapi meski diberondong dengan pertanyaan, tuntutan, dan ungkapan kemarahan, Columba tetap berteguh dalam pendiriannya. Pada akhirnya keluarganya menyerah, lalu membebaskan putri mereka itu menjalani panggilan Allah. Columba sungguh-sungguh meniru teladan St. Katarina. Ia hidup sebagai pertapa di dalam rumah ayahnya. Tiga kali setiap malam ia mencambuki diri hingga berdarah-darah; ia menghabiskan banyak waktu dalam doa; dan puasanya terus-menerus tanpa jeda, hanya makan roti dan air, dengan perkecualian pada hari-hari raya Gereja.
Columba juga menghadiri Misa Kudus dan menyambut Komuni sesering mungkin. Ia dianugerahi banyak ekstase dan peristiwa-peristiwa mistik. Tetapi penganiayaan memang tidak berhenti begitu saja. Ibu Columba masih berusaha menggoyahkannya dengan cara membebankan banyak pekerjaan rumah-tangga. Salah satu paman dan beberapa kakak laki-lakinya bahkan pernah mencoba membunuhnya.
Namun, lagi-lagi seperti St. Katarina, Columba siap melaksanakan apa saja yang ditugaskan kepadanya, dan lamakelamaan kesetiaan dalam hal-hal kecil ini meluluhkan hati orangorang rumahnya. Columba memiliki devosi khusus kepada Kanak-kanak Yesus, dan ia amat merindukan dapat berziarah ke Tanah Suci Yerusalem. Tetapi karena ia tidak mampu untuk benar-benar memenuhi kerinduan tersebut, maka ia melakukan peziarahan secara rohani.
Pada suatu hari, dalam salah satu ekstasenya, Allah berkenan membawa Columba mengunjungi tempat-tempat di Tanah Suci yang dikuduskan oleh kemanusiaan suci Kristus. Pada waktu yang lain, seorang imam yang pernah berjanji akan membuatkan Columba sebuah Gua Natal yang bagus, lupa melakukannya, dan ini membuat Columba sangat sedih. Tetapi Kanak-kanak Yesus sendiri menampakkan diri kepadanya dan menetap dalam hatinya, sehingga sejak saat itu ia tidak lagi memerlukan bantuan patung-patung kayu untuk merenungkan misteri penjelmaan Tuhan.
Semua peristiwa menakjubkan itu terjadi sebelum Columba menginjak usia 20 tahun. Berita tentang kesuciannya sampai ke telinga seorang Uskup Spanyol, yang kemudian pergi dari Roma ke Rieti sengaja untuk bertemu dengan gadis itu. Sang uskup belum pernah melihat Columba, namun ia segera mengenalinya saat ia melihat seorang gadis muda dengan bintang bersinar di atas dahi, layaknya Santo Dominikus. Columba dan uskup tersebut langsung terlarut dalam pembicaraan panjang mengenai hal-hal Surgawi.
Sang uskup memberinya banyak instruksi dan penghiburan, serta menasihatkannya untuk sering-sering membaca dan meresapkan Mazmur 91. Saat Columba memasuki usia 19 tahun, ia mengalami sebuah penglihatan tentang tiga bapa pendiri Ordo religius terbesar, yaitu St. Benediktus, St. Fransiskus, dan St. Dominikus. Masing-masing mengundang Columba untuk memilih habit Ordo mereka.
Namun hati Columba telah lama menetapkan keputusan, dengan penuh rasa cinta ia menoleh ke arah Bapa Dominikus, yang dengan segera menjubahi gadis itu dengan habit Dominikan yang menguarkan wangi Surgawi. Tidak lama setelah penglihatan ini, Columba menerima habit Ordo Ketiga di sebuah Biara Dominikan di Rieti, pada Hari Raya Minggu Palma.
Melalui diri Columba, Allah mengerjakan banyak mukjizat mencengangkan. Columba mengusir setan dari seorang wanita yang telah dirasuki selama 18 tahun, ia membangkitkan seorang anak yang sudah meninggal, dan menyampaikan nubuat-nubuat. Tak pelak Columba menjadi sangat terkenal. Orang-orang berbondongbondong mencarinya dan meminta doanya. Columba yang rendah hati amat membenci kepopuleran ini dan ternyata Allah pun menghendaki putri kesayangannya tidak menetap di Rieti.
Pada tahun 1488, dengan cara yang misterius Columba dibawa Allah ke Kota Perugia. Di Perugia, dengan dibantu masyarakat setempat, Columba mendirikan sebuah biara untuk komunitas Dominikan yang berjumlah sekitar 50 orang. Komunitas itu dirawatnya dengan penuh kasih dan kearifan. Rakyat Perugia sendiri menerima Columba dengan bahagia tak terkira, sebab ia sudah dianggap sebagai orang suci.
Ketika suatu wabah penyakit menghampiri kota, Columba memohon kepada Allah agar rakyat Perugia diluputkan, dan dirinya dijadikan pengganti mereka. Namun Allah menghendaki wabah yang mengerikan itu tetap datang dan merajalela selama sembilan hari, dan Columba sendiri pun jatuh sakit. Ia menasihatkan agar rakyat mendedikasikan kota mereka kepada St. Dominikus dan St. Katarina. Orang-orang mematuhinya. Mereka mengadakan perarakan religius besar mengelilingi Perugia, dan tak lama wabah itu pun reda.
Columba pulih dari sakit hanya untuk diterpa oleh pencobaan baru. Musim panas tahun 1495, Paus Alexander VI meminta Columba diperiksa karena banyak rumor dan fitnah jahat beredar tentang dirinya sampai ke Roma. Selama beberapa waktu ia bahkan diperlakukan sebagai penipu. Sri Paus memutuskan untuk datang sendiri ke Perugia. Tetapi, saat Columba menyentuh pinggiran jubah beliau, ia mengalami ekstase dan menceritakan semua dosa pribadinya di hadapan Paus.
Peristiwa yang menunjukkan kerendahan hati mendalam itu, didukung dengan hasil pemeriksaan lainnya yang amat memuaskan Alexander VI, sehingga ia mengeluarkan persetujuan resmi kepausan terhadap hidup Columba. Kelak, dua tahun kemudian, Columba memperoleh penglihatan tentang kebusukan yang mengerikan di dalam tubuh Gereja, dan bernubuat tentang murka Ilahi yang akan dijatuhkan atas Italia.
Penglihatan ini ditulis dan dikirimkan kepada Bapa Pengakuan Alexander VI; ia juga menyampaikan kecaman keras terhadap pihak-pihak yang melukai Gereja dari dalam. Kini setelah Columba telah memperoleh dukungan Paus, orang semakin percaya pada kesuciannya. Pihak otoritas Gereja berkonsultasi kepada Columba mengenai banyak hal, termasuk salah satunya tentang otentisitas stigmata Beata Lucia dari Narni, sesama Ordo Ketiga Dominikan sekaligus rekan sezamannya. Columba menyatakan bahwa stigmata Beata Lucia adalah asli, dan bahwa Beata Lucia adalah sungguh seorang yang kudus.
Tetapi benarlah bahwa seorang hamba tak lebih besar daripada tuannya. Semakin banyak orang yang mengagumi dan menghormati Columba sebagai orang suci, semakin banyak pula mereka yang memusuhinya. Hidup Columba bukanlah hidup yang berkilauan dengan sanjungan di mana-mana. Selain matiraga berat yang diperbuatnya terhadap tubuhnya sendiri, ia juga mengalami matiraga dari luar berupa kecurigaan, kritik pedas, upaya penyerangan, dan fitnah-fitnah kejam.
Bapa pengakuannya bahkan meninggalkannya. Kesakitan fisiknya mulai dari sakit gigi yang amat menyiksa hingga gangguan-gangguan ragawi lain yang ekstrem. Walau kerap menangis kesakitan, Columba menanggung semuanya dengan kesabaran yang tak tergoyahkan. Ia selalu berkata bahwa Tuhan itu baik, dan pada Salib-lah Ia paling menunjukkan kasihNya sebagai Sahabat yang terbaik.
Beberapa bulan sebelum wafat, St. Dominikus menampakkan diri kepada Columba dan berkata, “Bersukacitalah, Putriku. Sebentar lagi Engkau akan dipersatukan dengan Kekasihmu untuk selama-lamanya.” Hari yang bahagia itu pun tiba pada tanggal 20 Mei 1501, pada malam sebelum Hari Raya Kenaikan Tuhan. Columba berseru-seru, “Kekasihku, Kekasihku, datanglah, ini sudah waktunya.
Terimalah hamba-Mu, ya Tuhan, terimalah…” lalu ia pun menyerahkan nyawanya. Persis pada jam yang sama itu, di tempat lain, jiwa Columba menampakkan diri dalam kemuliaan Surgawi kepada saudari rohaninya, Beata Osanna dari Mantua, sesama Dominikan Awam. Angelella Guadagnoli, Columba Si Merpati yang Setia, dibeatifikasi pada tanggal 25 Februari 1625 oleh Paus Urbanus VIII.
Doa
Ya Allah, perawan suci-Mu, Beata Columba, Engkau percantik dengan perhiasan kemurnian dan kesucian, dan Engkau membuatnya bercahaya dengan kecemerlangan Surgawi. Semoga melalui doa-doanya, kami mampu melayani-Mu dengan pikiran yang murni, sehingga kelak kami layak untuk menikmati terang kemuliaan-Mu di Surga. Melalui Kristus, Tuhan kami. Amin.
(Kalender Umum Ordo Pewarta)