(1443-1503)
-
Nama lain: Maddalena Panatierri, Mary Magdalen Panattieri, Magdalen dei Panattieri
-
Pelindung: Kota Turino
-
Pesta: 13 Oktober (Kalender Dominikan)
Magdalen Panattieri lahir di sebuah kota kecil Turino atau Trino, di Italia Utara, sekitar tahun 1443. Ia dan keluarganya diberkati dengan karunia rohani dan jasmani, sehingga Magdalen kecil dapat tumbuh berkecukupan dalam segala bidang. Dalam usia yang masih amat belia, secara pribadi Magdalen mengucap janji keperawanan abadi dan mempersembahkan diri serta seluruh hidupnya kepada Tuhan. Bahkan, karena terinspirasi oleh St. Katarina dari Siena, ia mengenakan habit Ordo Ketiga Dominikan sebelum usianya mencapai 20 tahun.
Kapitel Ordo Ketiga di Turino pada waktu itu hanya beranggotakan wanita-wanita lanjut usia dan janda-janda. Keberadaan anggota seorang perawan muda amat tidak biasa. Walaupun anggota lainnya menyambut Magdalen dengan baik, namun muncul juga pertanyaan dan keraguan di benak mereka, akankah Magdalen muda mampu melayani dan menjalankan tugas-tugas Ordo dengan sungguh-sungguh?
Tetapi tidak perlu waktu lama untuk mereka yakin akan keseriusan Magdalen. Gadis itu bertekad untuk meneladani bapa rohaninya, Santo Dominikus, semirip mungkin. Ia membawa semangat pertobatan dan matiraga ke lingkungan Kapitel. Ketika sedang tidak bekerja, waktu-waktunya dihabiskan dengan banyak perbuatan silih, yaitu puasa-puasa yang panjang, mencambuk diri, makan dari sisa-sisa hidangan untuk tamu, dan mengenakan baju kasar di balik habitnya. Sementara itu, malam hari dilewatkan dengan berdoa di hadapan Sakramen Mahakudus.
Magdalen mendisiplinkan diri dengan keras, sebab ia percaya bahwa pergumulan dalam hidupnya pertama-tama dan terutama adalah pergumulan rohani, yang mesti dilawan secara rohani pula.
Hidup doanya yang serius dibarengi dengan kerja pelayanan yang sepenuh hati. Siang dan sore harinya diisi dengan mengambil bagian dalam karya amal kasih Ordo. Magdalen mendapat peran mengajar katekese untuk anak-anak. Tugas ini amat menyenangkan hatinya karena Magdalen sangat menyukai anak-anak. Tanpa ia sadari, ternyata Allah juga mengaruniakan Magdalen sebuah kemampuan untuk menjelaskan konsep-konsep iman yang kompleks dalam bahasa sederhana yang menarik dan mudah dimengerti. Anak-anak kecil tahan duduk berjam-jam mendengarkan pengajarannya. Hal ini merupakan kesempatan Magdalen untuk bertindak lebih jauh.
Melalui pengaruh baik terhadap anak-anak itu, Magdalen turut mempengaruhi orangtua mereka sehingga para orangtua pun tergerak untuk memperbaiki hidup dan mendalami iman. Usahanya ini merupakan perwujudan dari semangat menyelamatkan jiwa-jiwa demi Kristus, cita-cita yang sama yang menjadi aspirasi Santo Dominikus ketika dahulu ia mendirikan Ordonya.
Kemanisan suaranya dalam mengajar dan menasihati lambat laun menarik orang-orang dewasa dan lanjut usia ke kelas katekese Magdalen. Bahkan banyak biarawan, biarawati, dan imam yang ikut datang. Kelas itu berkembang di luar perkiraan. Hal ini tidak lepas dari pengamatan para Imam Dominikan. Mereka puas dan senang dengan karya Magdalen, sehingga mereka memberikan ruangan yang lebih besar supaya Magdalen dapat mendidik lebih banyak jiwa-jiwa yang haus akan kebenaran tentang Allah.
Lebih dari itu, ibu-ibu yang mandul kandungannya, kerap diberkati dengan kehamilan setelah didoakan dan dinasihati oleh Magdalen. Seperti yang sering terjadi pada para hamba Allah yang kudus dan bertekun dengan heroik, Magdalen menjadi objek kebencian iblis. Allah mengizinkan iblis melemparkan godaan-godaan berat kepada Magdalen. Iblis bahkan menampakkan wujudnya yang mengerikan dan menjatuhkan berbagai siksaan fisik pada gadis itu.
Tetapi keberanian dan ketegaran Magdalen sungguh tak tertandingi. Ia memperoleh kekuatannya dari kontemplasi akan Sengsara Suci Kristus dan Nama Kudus-Nya. Sengsara Tuhan membuat Magdalen ingin turut menderita demi jiwa-jiwa, sehingga serangan-serangan iblis justru menjadi Salib yang ia nantikan. Ketika, dengan rahmat Allah, Magdalen mencapai ketinggian doa, Allah mengaruniakannya sejumlah pengalaman mistik.
Setiap kali Gereja merayakan Pesta Orang Kudus tertentu, Orang Kudus tersebut menampakkan diri kepada Magdalen. Pada setiap Hari Raya Gereja, Allah pun menyatakan misteri-misteri Ilahi yang berkenaan dengan hari raya tersebut. Hal ini biasanya memuncak pada Tri Hari Suci, saat Magdalen dibawa masuk secara misterius ke dalam Sengsara Kekasih-Nya, serta pada Hari Paskah, saat wajah Magdalen tampak bercahaya dengan terang yang bukan berasal dari bumi.
Beberapa kali rohnya dibawa secara mistik ke Palestina, sehingga ia dapat menggambarkan negeri itu dengan amat mendetil dan akurat, walaupun raganya belum pernah ke sana. Lama-kelamaan nama Magdalen populer di Turino, dan orang-orang menganggapnya sebagai ibu pelindung kota itu. Setiap kali ada ancaman bahaya atau bencana alam, rakyat Turino mengharapkan keselamatan melalui doa-doa Magdalen, dan biasanya harapan itu terkabul. Walau pun matiraga Magdalen dan kedekatannya dengan Allah menjauhkannya dari kenikmatankenikmatan tak berguna, Magdalen masih dapat menghargai kesenangan-kesenangan yang baik. Ia menyayangi keluarganya dan merasa senang ketika berada di tengah masyarakat kotanya.
Dalam beberapa kesempatan, Allah menunjukkan perlindungannya atas Magdalen. Sekali waktu, ada seorang kaya yang terang-terangan memusuhi Gereja. Ia dan kelompoknya menganiaya umat dan kaum religius, termasuk Imam-imam Dominikan. Sempat terjadi kekacauan dan pertumpahan darah di kota. Salah satu pengikut orang kaya itu memukul Magdalen dan mengolok-oloknya dengan nama kotor. Sebelum rakyat yang marah sempat menghukum, Allah mengadilinya terlebih dahulu, orang itu mengalami kematian yang amat mengenaskan.
Lalu, kelompok anarkis itu pun tercerai berai. Salah satu penampakan terakhir yang diberikan kepada Magdalen adalah nubuat tentang Prancis yang akan menyerang Italia. Melihat hal itu, ia tersungkur dan berdoa memohon agar rakyatnya dilindungi dari marabahaya peperangan. Sayangnya ia tidak hidup cukup lama untuk menyaksikan nubuat itu terpenuhi, namun berkat doa-doanya Kota Turino betul-betul selamat dari kehancuran akibat perang.
Magdalen hidup sampai usia 60 tahun. Saat ia menyadari bahwa ia telah tiba pada penghujung usianya, Magdalen memanggil saudari-saudari Ordo Ketiga ke sekitar ranjangnya, lalu dengan rendah hati meminta maaf akan segala kesalahan dan teladan buruknya semasa hidup. Ia mendesak mereka untuk senantiasa hidup dalam kasih persaudaraan dan ketaatan pada Regula Ordo.
Kabar tentang sakitnya Magdalen menyebar dengan cepat di kota dan segera saja kamarnya dipenuhi oleh para pelawat yang ingin mendengar pengajarannya untuk yang terakhir kali. Tiba-tiba Magdalen berkata kepada orang-orang itu, “Lihat, ada pengunjung dari Surga di antara kamu.
Mari beri jalan bagi Mereka!” Orangorang yang berkumpul tidak melihat apa-apa, namun mereka dapat mencium wangi Surgawi yang merebak di udara. Imam yang berjaga-jaga di samping Magdalen bertanya mengenai apa yang ia lihat, dan Magdalen menjawab, “Aku melihat Tuhan kita terkasih dan Bunda-Nya mengunjungi Aku, didampingi oleh Santa Katarina Martir dan banyak Orang Suci Dominikan lainnya.”
Magdalen membuat pengakuan dosa umum dan menerima Sakramen-sakramen Terakhir dengan penuh kesungguhan dan penyesalan. Sesudah itu ia berbaring dan menyenandungkan madah Jesu Nostra Redemptio dan Ave Maris Stella, yang diikuti oleh kerumunan yang berkumpul.
Kamar kematian itu jauh dari dukacita dan kemuraman, sebaliknya kamar itu membuncah dengan kebahagiaan dan cinta yang suci. Magdalen berjanji kepada saudari-saudari Ordonya bahwa ia akan terus berdoa bagi mereka di Surga, sebab katanya, “Aku tidak akan bahagia di Surga bila Engkau tidak bersama-sama dengan Aku.”
Beata Magdalen menghembuskan nafas terakhirnya dengan tenang pada tanggal 13 Oktober 1503. Ia dibeatifikasi oleh Paus Leo XII pada tanggal 26 September 1827 sebagai pelindung Kota Turino, Italia.
Doa
Ya Allah, Engkau tidak meninggalkan mereka yang percaya dan berserah kepada-Mu. Dengan penuh belas kasih Engkau juga mendengarkan doa-doa mereka yang memohon kepada-Mu. Semoga melalui perantaraan perawan-Mu yang suci, Beata Magdalen, Engkau berkenan memberi kami anugerah yang tidak dapat kami peroleh dengan jasa-jasa kami sendiri. Melalui Kristus, Tuhan kami. Amin.
(Kalender Umum Ordo Pewarta)