(1476-1539)

Sir Adrian Fortescue lahir di Devonshire, Inggris, tahun 1476 dari keturunan ksatria kerajaan. Nama keluarganya, “Fortescue” dapat dirunut balik hingga tahun 1016, yaitu Sir Richard de la Fort, pelayan pribadi dari Duke William Si Penakluk. Dalam Perang Hastings, Sir Richard menyelamatkan nyawa Sang Duke dengan melindunginya di balik perisai. Sejak saat itu Sir Richard dijuluki “Richard le Fort-Escu” atau “Richard Si Perisai yang Kuat”.

Berdasarkan peristiwa ini, anak-cucunya membuat motto keluarga “Forte scutum salus ducum” (“Perisai yang kuat adalah keselamatan bagi pemimpin”) serta mengadopsi julukan “Fort-Escu” menjadi nama belakang “Fortescue”. Paman Buyut Sir Adrian, Sir John Fortescue, meninggalkan warisan dokumen hukum dan politik yang amat penting di Inggris era abad ke-15.

Mengenai Sir Adrian Fortescue sendiri, tidak banyak yang diketahui mengenai masa kecilnya. Catatan sejarah mulai menyebut namanya kala ia sudah berusia 23 tahun, yaitu ketika ia menikah dengan Anne Stonor. Ibu kandung Sir Adrian, Alice, adalah putri dari Sir Geoffrey Boleyn, sehingga dari sisi ibu, Sir Adrian dan Ratu Anne Boleyn (istri kedua Raja Henry VIII) merupakan saudara sepupu.

Setelah menikah, Sir Adrian menetap di rumah istrinya di Oxfordshire. Tahun 1503, ketika Pangeran Henry (kelak Raja Henry VIII) yang masih berusia 12 tahun diangkat sebagai Pangeran Wales dan Earl Chester, Sir Adrian diangkat pula sebagai Ksatria Bath. Ia mengambil motto “Loyalle pensée”, yang artinya “Pikiran yang setia”. Sungguh, di akhir hidupnya nanti, kesetiaannya akan diuji.

Seperti para leluhurnya, Sir Adrian melayani Raja dengan setia. Ia melayani kampanye-kampanye militer Raja Henry VIII yang ambisius melawan Prancis. Raja yang puas dengannya memberinya imbalan berupa undangan ke acara-acara kerajaan dan jabatan-jabatan tinggi, seperti gelar Justice of the Peace untuk Oxford dan gelar Gentleman of the King’s Privy Chamber.

Di balik kesetiaannya kepada Raja dan posisinya yang terhormat, Sir Adrian juga ternyata setia dan kuat dalam iman. Ia penderma yang rajin bagi banyak imam dan yayasan-yayasan religius. Ditambah lagi, Sir Adrian adalah suami dan ayah lima anak yang sederhana serta bijaksana dalam mengelola bisnis dan keuangan rumah tangganya. Ia menuliskan aturan hidupnya di belakang buku Ofisi Harian milik pribadi. Aturan hidup tersebut menggambarkan seorang laki-laki yang memancarkan kekudusan dan kebajikan.

Tahun 1532, ia menjadi Ksatria Ordo Malta, dan setahun kemudian pada bulan Juli 1533 ia diterima ke dalam Ordo Ketiga Dominikan di Blackfriars, Oxford. Tidak lama setelah bergabung dengan Dominikan, dimulailah pencobaan besar yang sedikit demi sedikit mengakhiri hidupnya yang tenang. Awal musim panas 1533, Sir Adrian mesti menghadiri upacara pemahkotaan sepupunya sendiri, Anne Boleyn, sebagai Ratu Inggris dan istri kedua Raja.

Pada waktu itu Anne Boleyn juga sudah hamil enam bulan. Sir Adrian yang saleh tentu terusik nuraninya karena menyadari bahwa perkawinan tersebut tidak valid, namun pada awalnya ia berpikir bahwa bukan haknya untuk mengangkat permasalahan tersebut ke muka umum. Ia hanya bisa memendam kepedihan hatinya melihat sepupunya terlibat dalam skandal Kerajaan Inggris.

Perselingkuhan Raja akhirnya mencuat menjadi masalah agama dan politik yang besar sesudah Sri Paus menolak memberikan anulasi dan menyatakan perkawinan terdahulunya dengan Ratu Catherine dari Aragon masih valid. Waktu itu tanggal 23 Maret 1534. Marah, malu, sekaligus tersinggung oleh keputusan tersebut, Raja Henry VIII mengangkat dirinya sendiri sebagai Kepala Gereja Inggris (kelak disebut Anglikan) dan menceraikan Ratu Catherine.

Bulan berikutnya pada tahun yang sama, sejumlah bangsawan dan pejabat kerajaan ditahan karena menolak mengakui Raja sebagai Kepala Gereja. Terbilang di antaranya adalah Uskup John Fisher, Sir Thomas More, dan Sir Adrian sendiri. Sir Adrian dilepaskan kembali tanpa penjelasan pada musim semi 1535, namun Uskup Fisher dan Sir Thomas More dieksekusi pada musim panas. Keduanya dikanonisasi sebagai santo oleh Paus Pius XI 400 tahun kemudian, tepatnya tanggal 19 Mei 1935.

Bulan Februari 1539, Sir Adrian kembali ditahan dan dipenjara di Tower of London. Di pengadilan, ia bersama 49 orang lainnya didakwa dengan “pengkhianatan tingkat tinggi” karena menentang aturan-aturan Gerejawi yang dibuat oleh Raja. Sir Adrian Fortescue menerima mahkota kemartirannya melalui hukuman penggal pada bulan Juli 1539 di Tower Hill.

Pelayan-pelayannya juga ikut dieksekusi dengan berbagai cara, termasuk digantung, ditarik lepas anggota tubuhnya, serta dimutilasi. Sir Adrian Fortescue, sang bangsawan dan ksatria yang menjalani hidup matiraga dan penuh kehormatan di mata Allah dan sesama, taat pada kehendak-Nya hingga napas penghabisan. Salah satu biografernya menulis, “Sir Adrian Fortescue wafat bagi iman akan Dia yang tak mampu dikesampingkan oleh aturanaturan Parlemen.” Paus Leo XII memaklumkan Sir Adrian sebagai beato tanggal 13 Mei 1895.

Doa
Ya Allah, segala sesuatunya berada dalam kekuasaan-Mu. Melalui doa-doa hamba dan martir-Mu Beato Adrian, semoga kami boleh menjadi makin kuat dalam cinta akan Nama-Mu dan berani untuk setia pada Gereja Kudus-Mu, bahkan jika harus mengorbankan hidup kami. Doa ini kami panjatkan melalui Kristus Putra-Mu, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dan Roh Kudus, Allah sepanjang segala masa. Amin.
(Missale dengan bacaan dari Ordo St. Yohanes dari Yerusalem dan Ordo Malta, 1997)

Bokep Indonesia Terbaru Bokep Jepang Jav Bokep ukthi jilbab GOBETASIA DAYWINBET DAYWINBET GOBETASIA gobet DAYWINBET SLOT GACOR BOKEP INDO BOKEP INDONESIA