Santo Dominikus menerima pemuda tampan dari Roma dengan nama Saudara Henry ke dalam Ordo. Ia lahir sebagai bangsawan dan berkarakter lebih mulia. Ketika kerabatnya mengetahui hal ini, mereka berencana untuk mengambil dia secara paksa dan mengembalikan dia ke dunianya. Ketika hal ini di tunjukkan kepada Santo Dominikus, Ia mengirim pemuda itu bersama dengan beberapa pendamping ke biara lain di luar kota. Tetapi kerabatnya Saudara Henry mendengar hal ini dan mereka mengikutinya. Novis dan pendampingnya sampai di sebuah sungai bernama Pons Quarti dekat Via Nomentana. Setelah menyeberangi sungai, mereka bisa melihat pengejar mereka sudah sampai ke tepi sungai yang baru saja mereka lewati. Melihat mereka begitu dekat, novis itu menyerahkan dirinya kepada Tuhan dan kepada Santo Dominikus untuk menyelamatkannya dari pengejarnya. Suatu hal yang menakjubkan terjadi oleh Dia sendiri yang mengerjakan mukjizat. Karena seketika pengejar menunggangi kuda memasuki sungai untuk menyebrang, air sungai naik begitu tinggi hingga mereka tidak bisa melanjutkannya. Menyadari apa yang terjadi, mereka tercengang dan kembali ke keluarga mereka, meninggalkan novis itu dengan Ordo dan tidak menggangunya lagi. Saudara yang mendampingi dan novis itu melihat bahwa mereka berhenti mengejar, memutuskan untuk kembali ke Santo Dominikus. Ketika mereka kembali untuk menyeberangi sungai, air surut ke ketinggian yang seharusnya dan mereka bisa menyeberangi sungai dengan aman. Mukjizat ini di ceritakan kepada Suster Cecilia dan suster-suster San Sisto lainnya oleh novis yang terlibat dan juga oleh saudara yang menemani.
Seorang janda, penduduk Roma dari keluarga Buvallsco, bernama Lady Tuta dari Pensilio, sangat menghormati Bapa Dominikus. Dia hanya memiliki seorang anak, dan anak itu sakit sekali. Suatu hari ketika Beato Dominikus berkotbah di kotanya di dalam Gereja St. Markus, wanita ini, memiliki keinginan kuat untuk mendengar Sabda Allah darinya, meninggalkan anaknya yang sakit di rumah dan pergi ke gereja dimana Bapa Dominokus sedang mewartakan Sabda Allah.
Setelah selesai, ia pulang ke rumah dan menemukan anaknya sudah meninggal. Meskipun dipenuhi duka, ia berhasil menyembunyikan dukanya dalam keheningan dan mempercayai kuasa Tuhan dan perantaraan doa Bapa Dominikus. Ia memanggil pelayan-pelayannya dan membawa anaknya yang sudah meninggal, melakukan perjalanan ke gereja San Sisto, dimana Bapa Dominikus sedang tinggal bersama saudaranya.
Ketika ia masuk, Ia menemukan Bapa Dominikus berdiri disamping pintu aula seakan-akan sedang menunggu seseorang. Melihatnya, ia meletakkan anaknya dikakinya dan berlutut di hadapannya, sambal memohon kepadanya dengan tangisan untuk memulihkan anaknya. Bapa Dominikus, tergerak karena dukanya begitu dalam, mundur sedikit dan berdoa sejenak. Kemudian ia berdiri dan mendekati anaknya, membuat Tanda Salib diatasnya. Kemudian ia mengangkat tangannya, Ia memberdirikan anak itu dalam kondisi hidup dan sehat dan memberikannya kepada ibunya dan memintanya untuk tidak memberitahukan kepada siapapun.
Tetapi wanita itu dengan senang sekali memberitakan apa yang terjadi padanya dan kepada anaknya supaya cerita ini sampai Bapa Suci, yang ingin menyatakan mujizat ini kepada semua orang di khotbah umum. Tetapi Bapa Dominikus yang begitu mencintai dan ingin menjaga kerendahan hatinya, menyangkal dan menyatakan jika ia melakukannya, ia akan pergi dari situ dan pergi ke seberang lautan. Takut akan hal ini, Bapa Suci berjanji untuk merahasiakannya.
Tuhan berkata dalam Injil-Nya bahwa siapapun yang merendahkan dirinya akan ditinggikan dan yang biasa meninggikan hamba-hamba-Nya melawan niat dan rencana mereka, sehingga bangkit devosi umat untuk menghormati Bapa Dominikus hingga mereka mengikutinya kemanapun ia pergi seakan-akan ia seorang malaikat dan menggangap mereka terberkati apabila mereka bisa menyentuhnya atau mendapatkan bagian dari pakaiannya sebagai relikui. Inilah kenapa mereka memotong dari kerudung dan jubahnya sehingga panjangnya tidak mencapai lututnya.
Ketika saudara-saudaranya melarang ini, kepala biara yang terberkati, bersimpati dengan devosi mereka mengatakan “Biarkanlah mereka melakukan itu untuk memuaskan devosi mereka.” Mereka yang menyaksikan mukjizat hebat ini adalah Saudara Tancred, Saudara Otto, Saudara Henry, Saudara Gregory, Saudara Albert dan banyak orang lain yang kemudian memberikan keterangan kepada Sr. Cecilia, yang ketika saat itu tinggal di pertapaan St. Mary di Tempulo dengan beberapa suster lainnya.