[text_divider type=”double”]

(1799-1851)

[/text_divider]

[column width=”1/1″ last=”true” title=”” title_type=”single” animation=”none” implicit=”true”]

[/column]

[column width=”1/1″ last=”true” title=”” title_type=”single” animation=”none” implicit=”true”]

[dropcap type=”1″]U[/dropcap]kiran di batu nisannya berbunyi “Di Sini Terbaring Pauline Marie Jaricot, Pendiri Serikat Penyebaran Iman dan Persekutuan Rosario Hidup”. Ordo Dominikan mengenalnya sebagai anggota awam Ordo yang merupakan penyebar devosi Rosario Suci paling berdedikasi dalam dua abad terakhir. Akan tetapi pencapaian tersebut hanyalah bagian kecil dari hidup Pauline yang penuh warna, termasuk corak penganiayaan dan noda-noda fitnah.

Pauline lahir tanggal 22 Juli 1799 di Lyons, Prancis, sebagai anak bungsu dari tujuh bersaudara. Ayahnya, Antoine Jaricot, memilik sebuah pabrik sutra yang sukses. Sedangkan salah satu kakak laki-lakinya, Phileas, adalah seorang misionaris di Vietnam. Keluarga Jaricot menikmati kemakmuran dan kenyamanan hidup, dan Pauline sendiri merupakan anak yang dimanja. Di usia 15 tahun ia sudah dibiasakan bergaul dengan para sosialita kaum atas.

Pauline senang menari di pesta-pesta, menata rambut sesuai tren, dan berpindah dari aktivitas satu ke aktivitas lainnya tanpa memusingkan kedalaman rohani. Untunglah, walau orang tuanya tidak terlalu saleh, ayah Pauline memerhatikan kesejahteraan karyawan-karyawannya, sehingga sifat ini menurun kepada Pauline dalam bentuk kepedulian terhadap orang miskin. Prancis pada waktu itu sedang diteror sisa-sisa revolusi, sehingga penderma seperti keluarga Jaricot bagaikan embun pelipur dahaga di tengah masyarakat.

Namun suatu hari Pauline mendengar homili tentang kesiasiaan dunia, dan ini meninggalkan bekas yang mendalam di hatinya. Ia lantas mengutarakan keinginannya kepada sang ibu untuk masuk biara. Gagasan ini membuat marah kedua orang tuanya, sehingga untuk semen-tara waktu Pauline tak berani mengungkit hal itu lagi. Tak lama ia pun bertunangan dengan seorang pria muda yang tampaknya amat selaras dengannya.

Meski demikian, suara kecil didalam hati memanggil-mang-gil dirinya ke puncak yang lebih luhur tidak sepenuhnya hilang, hanya saja Pauline tidak lagi menaruh perhatian terlalu besar pada suara itu. Pada usia 17 tahun, tidak lama setelah ibunya meninggal, Pauline mengalami kecelakaan jatuh yang membuatnya harus berbaring lama di tempat tidur. Kejadian ini memberinya banyak waktu untuk melakukan refleksi dan berdoa lebih intens. Aktivitas kontemplatif ini mengubahnya menjadi pribadi yang lebih serius dan taat. Pada akhir tahun 1816, setelah kehilangan ibu, kesehatan, dan teman-teman dekat termasuk tunangannya, Pauline pun siap menjawab panggilan Allah.

Pauline memulai lembaran baru dengan mengucap janji keperawanan abadi dan memberikan baju-baju terbaiknya kepada orang miskin. Keluarga dan para sahabatnya nyaris tidak percaya bahwa Si Cantik Pauline kini mengenakan baju dari bahan karung dan topi jelek untuk bekerja di rumah sakit. Mereka menganggapnya cari perhatian. Bahkan sang ayah membujuknya agar tidak berlaku terlalu ekstrem, karena ia takut para tetangga bergosip bahwa Pauline sudah jadi gila gara-gara sakit.

Tetapi Pauline teguh dalam keputusannya. Ia telah menapaki jalan yang hanya berakhir di satu tempat, yaitu Salib di puncak bukit. Sedikit demi sedikit ia menyingkirkan hal-hal yang mengikatnya pada dunia, dan segera saja semua pengemis di Kota Lyons menyaksikan bagaimana si gadis kaya yang pernah menyumbang banyak pada mereka, kini lebih hina daripada mereka yang disumbangnya itu.

Pauline, yang sedari dulu merasa memiliki tanggung jawab terhadap kesejahteraan para wanita buruh pabrik, terjun ke tengah mereka dan memulai misinya. Mulanya ia hanya berpikir dalam konteks sosial. Ia mengajari mereka bisnis membuat bunga-bunga imitasi supaya mereka memiliki penghasilan sendiri. Namun lebih dari itu, Pauline juga membangkitkan kembali kebenaran-kebenaran Ilahi yang telah lama tertidur di dalam jiwa mereka.

Ia juga menjadi pembela mereka dalam masa-masa krisis dan saling menghibur satu sama lain. Dari perkumpulan wanita-wanita sederhana itu lahirlah gerakan amal kasih yang kelak mendunia, yang diberi nama Serikat Penyebaran Iman (Society for the Propagation of the Faith).

Gerakan ini menunjukkan hati misionaris Pauline serta keahliannya dalam persuasi dan berorganisasi. Ia mampu menggerakkan hati anggotanya untuk memberi dari kekurangan mereka. Sumbangan sekecil apapun diolahnya sedemikian rupa sehingga menjadi karya yang efektif bahkan untuk membantu misi ke Tanah Tiongkok.

Di satu sisi, gerakan amal Pauline menjadikan dirinya sahabat kaum miskin dan teraniaya. Di sisi lain, gerakan tersebut mengundang kecemburuan dan cemooh, bahkan secara terangterangan dari mimbar Gereja. Awalnya, beberapa orang bergunjing bahwa tidak mungkin seorang wanita muda berusia 20 tahun punya ide sehebat itu, jadi gerakannya itu tentu dimulai oleh orang lain. Pauline tidak peduli tentang apa yang dipikirkan oleh orang lain tentang dirinya, atau siapa yang dipercaya orang sebagai pendiri sesungguhnya gerakan itu. Bahkan ketika kendali Serikat direnggut darinya dan diserahkan kepada orang lain, Pauline berkeras, “Itu semua adalah karya Allah; jika Allah menginginkan orang lain untuk mengurusnya, kenapa tidak?”

Tidak hanya itu, deraan fitnah menyerbunya dari sanasini. “Dia hanya kutu loncat yang suka coba-coba”, “Dia wanita sombong dan sok tahu”, “Berani-beraninya dia masuk ke rumah orang terhormat”, “Bukannya menyejahterakan buruh pabrik, ia malah semakin memiskinkan mereka”, “Ia sendiri hidup mewah sementara orang-orang yang membersihkan rumahnya kelaparan”, “Dia melawan Gereja”, “Gerakannya tidak berizin”, “Dia mencuri ide orang lain”, “Dia hanya mau menguras harta orang”.

Sekali waktu Pauline dituduh ikut melarikan dana Serikat ketika salah seorang kepercayaannya melarikan diri dari Prancis. Teman-teman dan kakak-kakak Pauline sesungguhnya siap membela, namun toh tidak ada yang mencoba mencari kejelasan kepada mereka. Kekejaman mulut masyarakat lambat laun menimbulkan pengaruh negatif terhadap Pauline yang lemah lembut. Ia jatuh sakit untuk kedua kalinya.

Pembimbing rohani Pauline, St. Yohanes Maria Vianney, melarangnya meneruskan karya-karya aktif selama tiga tahun. Ia diharuskan menghabiskan waktu di rumah untuk beristirahat dan berdoa. Pauline senang berdoa, tetapi ia tak dapat menyangkal bahwa hatinya hancur karena harus berpisah dengan kegiatan amalnya. Akan tetapi, ia taat dan melakukan tepat seperti yang diminta. Setelah tiga tahun berkontemplasi, lahirlah karya kedua dan terbesar dalam hidupnya, yakni Persekutuan Doa Rosario Hidup (Living Rosary Association). Waktu itu usianya 27 tahun.

Gerakan Rosario Hidup bermula dari rencana mengirimkan untaian Rosario dan buku-buku murah ke misi-misi Prancis yang miskin. Konsepnya adalah, setiap persepuluhan Rosario diberikan kepada satu orang agar ia mendaraskan satu Peristiwa. Orang itu kemudian berkumpul dengan 14 orang yang mendaraskan peristiwaperistiwa lainnya sehingga lengkaplah 15 orang mendaraskan 15 peristiwa.

Konsep itu sederhana namun menciptakan sistem bahumembahu spiritual yang terjalin kuat. Yang kuat menyokong yang lemah, yang imannya membara menyalakan yang imannya suamsuam kuku, dan yang kaya secara rohani menguatkan yang lemah. Gerakan Rosario Hidup meluas jauh lebih cepat daripada Serikat Penyebaran Iman, dan badai masalah yang menerjang Pauline pun juga semakin hebat. Seorang kakak Pauline yang adalah imam sekaligus pendukung terbesarnya, meninggal diracun oleh seseorang yang membenci Pauline.

Rumah yang dijadikan pusat Rosario Hidup terbakar oleh api pemberontakan pascarevolusi, sehingga Pauline, rekan-rekannya, dan beberapa tetangga harus mengungsi di gua. Selain itu, banyak pihak menyangsikan gerakan tersebut memperoleh persetujuan Roma. Akan tetapi, Ordo Dominikan, yang sejatinya merupakan penyebar asli Rosario, sangat antusias dalam menerima Persekutuan Doa Rosario Hidup, dan ternyata Takhta Suci pun menunjukkan tanda-tanda persetujuan.

Tahun 1835, Pauline kembali diserang penyakit berat yang membuat seluruh tubuhnya nyeri parah dan jantungnya berdebardebar begitu hebat sampai ia merasa sesak nafas. Kondisinya membaik setelah ia berdoa Novena kepada Santa Filomena. Dalam rasa syukur atas kesembuhan itu, Pauline bermaksud pergi ke Roma untuk membantu mendorong proses kanonisasi St. Filomena.

Perjalanan ke Roma, yang ia tempuh dengan berjalan kaki, membuat penyakitnya kambuh lagi dan nyaris membunuhnya. Pauline terus berdoa kepada Bunda Maria dan St. Filomena. Akhirnya ia sampai ke Roma dan betul-betul bertemu Sri Paus Gregorius XVI yang langsung menyadari bahwa ia sedang berhadapan dengan seorang suci. Gregorius XVI memohon Pauline untuk mendoakan dirinya saat ia mencapai Surga kelak.

Pauline menjawab, “Tentu, Bapa Suci, aku berjanji akan melakukannya. Akan tetapi, apabila setelah dari Mugnano [untuk berdoa kepada St. Filomena] aku kembali dalam keadaan sehat dan bisa berjalan kaki sampai ke Vatikan, apakah Bapa Suci berkenan untuk segera meneruskan kanonisasi St. Filomena?”

Sri Paus menyetujuinya, dan tepat itulah yang terjadi. Pauline mengalami kesembuhan ajaib sesudah ia menerima Komuni Kudus di dekat bejana relikui St. Filomena di Kota Mugnano. Ia pun kembali ke Vatikan dengan langkah ringan dan hati cerah. Ia tinggal di sana selama satu tahun penuh agar Gregorius XVI dapat memeriksanya sebagai bukti mukjizat. Di akhir tahun, Pauline kembali ke Prancis dengan penuh rasa bahagia dan puas, sebab Sri Paus telah mengangkat St. Filomena sebagai pelindung resmi dari Persekutuan Doa Rosario Hidup.

Pauline Jaricot menghabiskan 16 tahun sisa hidupnya dalam doa dan karya penyebaran iman dan membantu misi. Cita-cita Pauline yang terakhir adalah mendirikan organisasi buruh yang aktif bekerja dan juga saleh, sehingga mampu melawan ajaran Komunisme yang tak ber-Tuhan. Sayangnya, Pauline keliru memilih manajer. Ia mengangkat seorang pria licin yang berhasil menyedot tidak hanya seluruh dana pribadi Pauline, melainkan juga dana investasi orang lain.

Pauline, yang tiba-tiba jatuh miskin begitu cepat, berupaya mengembalikan dana milik orang lain tersebut. Ia pergi menghadap Direktur Serikat Penyebaran Iman untuk meminta pengakuan sebagai pendiri, supaya ia menerima bantuan dalam membayarkan hutang-hutangnya. Akan tetapi sang direktur menolak mengakui hubungan apapun antara Serikat dengan Pauline. Sementara itu, Paus Gregorius XVI sudah meninggal, sehingga ia pun tidak bisa membantu.

Di akhir hayatnya, Pauline harus menyaksikan satu persatu hasil kerja kerasnya dirampas. Ia meninggal dalam keadaan terpuruk, setelah memberikan setiap sen hartanya kepada orang miskin dan setiap tarikan nafasnya untuk menutup hutang yang tak pernah ia buat. Hutang terakhirnya baru dihapuskan satu tahun setelah ia meninggal, setelah orang-orang dengan malu mengakui bahwa Pauline sungguh adalah hamba Allah yang sama sekali tidak berambisi terhadap uang.

Pauline Marie Jaricot meninggal pada tanggal 9 Januari 1862 di Lyons. Jiwanya telah mengalami beribu terpaan kesusahan, pengkhianatan, dan mulut jahat dunia, sehingga dibentuk demikian layak untuk mewarisi Kerajaan Surga. Paus Yohanes XXIII menggelarinya “Venerabilis” pada tanggal 25 Februari 1963. Tahun 1922, Paus Pius XI menyematkan status “Kepausan” (Pontifical) bagi Serikat Penyebaran Iman.

[/column]

[column parallax_bg=”disabled” parallax_bg_inertia=”-0.2″ extended=”false” extended_padding=”true” background_color=”#898989″ background_image=”” background_repeat=”” background_position=”” background_size=”auto” background_attachment=”” hide_bg_lowres=”false” background_video=”” vertical_padding_top=”0″ vertical_padding_bottom=”0″ more_link=”” more_text=”” left_border=”transparent” class=”” id=”” title=”” title_type=”single” animation=”none” width=”1/1″ last=”true”]

[column_1 width=”1/1″ last=”true” title=”” title_type=”single” animation=”none” implicit=”true”]

Doa
Allah yang Mahakuasa dan Maharahim, Engkau telah memilih seorang perawan rendah hati, Pauline Marie dari Yesus Kristus, Putri Kemiskinan milik Bunda Maria, untuk mendirikan karyakarya agung Penyebaran Iman dan Rosario Hidup. Engkau telah berkenan memurnikan karya-karyanya itu melalui berbagai cobaan dan penganiayaan. Kami mohon semoga Engkau pun berkenan mempercepat hari ketika Bunda Gereja Kudus secara resmi mengakui hidupnya yang suci. Kami juga berdoa semoga melalui teladan kesabaran dan cintanya kepada Salib, cita-cita sepanjang hayatnya segera terwujud, yakni penyebarluasan Iman Katolik yang murni ke seluruh dunia. Amin.
(Doa Kanonisasi Ven. Pauline Marie Jaricot)

[/column_1]

[/column]